Other Menu

Rabu, 01 Januari 2014

Maaf Aku Jenuh


Terkadang hidup tak selalu dalam garis lurus bersama dengan kegembiraan, kadang tak jua selalu dalam kegundahan. Kadang naik kadang pula turun, kadang kekiri kadang kekanan. Namun itulah yang membuat hidup seakan berirama, berwarna, dan tak menjemukan.

Kenapa aku? Aku tak tahu apa yang kurasakan. Dadaku terasa sesak, nafasku memburu, namun jantungku enggan berdenyut. Bagai bom atom yang mau meledak, tapi tertahan oleh waktu meskipun partikel-partikel didalamnya sudah saling mendesak, bahkan berlomba untuk bisa bebas. Bebas berhamburan bersama hembusan angin dingin di siang yang panas. Menangis? tidak. Aku sudah bosan dengan tangisan, aku bosan dengan air mata, aku bosan mendengar rintihan. Cukuplah semua itu, aku tak mau mengemis senyuman. Cukup!!

“Kau kenapa kawan?” tanya seorang sahabat yang ada disisi hati sebelah kiri.

“Entahlah!”

“Sudahlah, biarkan aku yang memberikan senyuman itu untukmu.”

“Aku tak yakin kau mampu!”

“Kau selalu pesimis!! ayolah, semangat!!”

“Kau pikir aku tak semangat selama ini? Kau pikir aku orang yang lemah? Kau pikir ini mudah? berjalan tertatih sendiri tanpa arah?”


“He…he….hei…..kenapa kau marah?”

“Maafkan aku, hari ini ingin sekali aku muntah. Bukan muntah nanah ataupun muntah darah. Tapi memuntahkan amarah. Aku muak dengan semua ini, muak!!”

“Muntahkan kawan, muntahkan! aku akan menampung semua muntahanmu!”

“Pergilah, biarkan aku sendiri! aku hanya ingin sendiri biarlah aku berteman dengan sepi, setidaknya untuk saat ini.”

“Baiklah, aku akan pergi tapi ingatlah, jika tidak selamanya senyuman itu cinta, tidak selamanya cinta itu senyuman. Kadang dalam hati yang jengah ada cinta yang tak kentara. Rabalah hatimu, nikmati setiap tetes cinta yang diberikan orang lain untukmu. Rawatlah cinta itu hingga dia bisa tumbuh dan terus tumbuh. Tak perlulah lagi kau mengemis cinta, karena kau sudah punya, bahkan kau mampu membagi cintamu, untukku, untuknya dan untuk mereka. Rabalah hatimu kawan!” Kau genggam  tanganku dan meletakkannya tepat diulu hatiku.

“Sudahkah selesai celotehanmu?” sambil kutarik tangan dari genggamannya

“Baiklah, aku akan pergi. Tapi biarkan aku mengecup keningmu!”

Aku benar-benar ingin sendiri, meratapi setiap kata demi kata yang muncul dikeheningan malam. Setiap ajakan dan dengungan yang sering kali tak kumengerti. Apa yang kau inginkan dariku? Apa?? Aku sudah bosan dengan caraku memandangmu, aku bosan dengan tingkahku, aku bosan dengan harapan yang kutautkan dipundakmu.

Kau? Kau tak pernah tahu apa yang aku rasakan, apa yang aku harapkan, bahkan apa yang aku inginkan. Maaf, aku jenuh menanti.

Artikel Terkait

1   komentar

How to deposit your winnings into a casino - Dr. MCD
How to deposit your winnings 통영 출장샵 into a casino. the winnings are 광주광역 출장안마 not returned to you. to make money from 청주 출장샵 winning on 동두천 출장샵 slots, blackjack, roulette 원주 출장샵 and
Reply Delete

Posting Komentar

Cancel Reply