Other Menu

Minggu, 29 September 2013

Ujian Dalam Kehidupan


“Andaikata saya diminta untuk menyampaikan apa yang saya anggap sekelumit nasihat yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, nasihat itu kiranya adalah: Harapkanlah kesulitan sebagai bagian hidup yang tak terelakkan dan bila kesulitan itu datang, tegakkanlah kepala Anda tinggi-tinggi, pandanglah kesulitan itu langsung ke matanya dan katakanlah, “Saya akan lebih besar daripada kamu. Kamu tak mungkin mengalahkan aku.” – Ann Landers -

Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.
Roberto Salazar, bocah 6 tahun, jarang menangis. Ia menderita penyakit langka yaitu Hereditary Sensory and Autonomic Nauropathy, sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa merasakan sakit. Pernah suatu hari ia menggigit lidahnya sendiri sampai hampir putus. Orang tuanya panik, tetapi ia tenang saja. Suatu hari, Roberto terjatuh. Kakinya terluka, tetapi ia tidak menjerit minta tolong. Ia bangun dan berjalan lagi dengan luka menganga. Kondisi ini sangat berbahaya, terlebih jika tubuhnya terbakar atau terpotong sesuatu tanpa disadarinya. Rasa sakit memang tidak enak, tetapi perlu untuk menyadarkan kita jika ada sesuatu yang tidak beres.

Terkadang kita perlu merasakan sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol untuk menemukan nilai hidup itu sendiri. Billi PS. Lim dalam bukunya Dare to Fail mengatakan bahwa banyak orang menerjemahkan ujian hidup dan penderitaan sebagai suatu bagian dari kegagalan. Itulah sebabnya ia mengatakan, “No failure only success delayed – tidak ada kegagalan, melainkan hanya sukses yang tertunda.” Senada dengan hal tersebut Socrates juga pernah berkata, “Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi.”

Apa masalah yang kita hadapi saat ini? Keluarga yang tidak harmonis? Anak yang susah diatur? Uang yang selalu tidak cukup di tengah-tengah kenaikan biaya hidup yang semakin tinggi? Atau, karier yang tidak berjalan mulus? Sepertinya kita perlu merenungkan sejenak bahwa matahari memang tidak selamanya bersinar cerah. Bukankah Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa kita akan selalu berjalan di padang rumput yang hijau? Kadang, Dia sengaja membawa kita pada lembah kekelaman agar kita dapat lebih tenang duduk di bawah kaki-Nya dan mendengar suara-Nya yang selama ini nyaris tak terdengar karena termakan kesibukan kita. Itulah sebabnya seorang bijak pernah mengajarkan bahwa ketika ujian hidup datang dan “rasa sakit” mendera, jangan berdoa kepada Tuhan agar ujian itu segera berlalu melainkan meminta kekuatan untuk menghadapinya. Setiap kali sesuatu membuat kita sedih atau murung, biarkanlah saat-saat sedih itu menjadi saat-saat belajar. Jika kita bersedia melihatnya dalam sudut pandang baru, saat-saat tersebut sebenarnya adalah saat-saat terbaik untuk tumbuh lebih kuat secara emosional dan lebih dalam secara rohani. Sepertinya begitulah cara Tuhan bekerja: kita terpukul, kita bangkit kembali, menjadi lebih baik dan lebih kuat daripada sebelumnya, dan mendapat anugerah-anugerah yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.


Artikel Terkait

0   komentar

Posting Komentar

Cancel Reply