Selama ini Makassar diberi gelar sebagai Kota Daeng. Tapi apa sebenarnya arti dan makna yang terkandung dalam kata “daeng” tersebut?
Sebenarnya ada dua
arti kata “daeng”, yaitu pertama sebagai sebutan kepada orang yang lebih
tua atau yang dituakan. Sifatnya sama dengan kata “mas” bagi orang Jawa
atau ”akang” bagi orang Sunda. Panggilan ini awalnya hanya milik suku
Makassar saja, karena “daeng” memang sebenarnya adalah bagian dari
budaya suku Makassar. Daeng sebagai panggilan kepada orang yang lebih
tua, dipergunakan merata kepada pria ataupun wanita.
Kata “daeng” yang
kedua atau lebih spesifik adalah bagian dari paddaengang. Dalam tradisi
suku Makassar, paddaengang merupakan bagian penting. Istilah lainnya
adalah areng alusu’ atau nama halus. Seseorang yang bersuku Makassar,
biasanya akan menerima penyematan nama halus atau paddaengang di
belakang nama aslinya. Contohnya seperti nama asli Muhammad Irwan, tapi
kemudian ditambahkan dengan paddaengang, yaitu Daeng Rewa. Jadilah nama
lengkapnya Muhammad Irwan Daeng Rewa.
Paddaengang
biasanya diambil dari nama para leluhur atau tetua dalam garis keluarga
suku Makassar. Biasanya berupa doa atau harapan, namun ada juga yang
berupa ciri fisik atau kelakuan. Penyematan paddaengang di belakang nama
seseorang dulu dilakukan dengan upacara khusus. Namun belakangan
seiring perjalanan zaman, paddaengang itu disematkan begitu saja tanpa
ada upacara khusus.
Bagi orang
Makassar, setelah resmi menyandang nama paddaengang, maka yang
bersangkutan sudah masuk masa akhil baliq, maka wajib hukumnya bagi
orang-orang di sekitarnya apalagi yang lebih muda dari yang bersangkutan
untuk memanggil dengan nama paddaengang-nya. Memanggil orang tersebut
bukan dengan paddaengang-nya akan dianggap tidak sopan, karena
paddaengang adalah nama halus dari yang bersangkutan.
Strata Sosial
Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 strata sosial yaitu:
1. Karaeng: Raja atau Bangsawan
2. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar
3. Ata : Budak
Dalam tradisi asli
suku Makassar sebenarnya juga dikenal yang namanya kasta. Kasta
tertinggi adalah Karaeng atau raja dan kasta paling bawah adalah Ata
atau budak. Mereka yang berkasta Karaeng berhak mendapat paddaengang,
sementara pada Ata tidak. Sultan Hasanuddin sendiri punya nama
paddaengang, yaitu Daeng Mattawang plus gelar kebangsawanan, sehingga
nama aslinya menjadi I Mallombassi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin
Karaeng Bontomangape Tu Menanga Ri Balla Pangkana. I Mallombassi adalah
nama kecil, daeng Mattawang adalah nama paddaengang, Sultan Hasanuddin
adalah nama Islamnya, Karaeng Bontomangape adalah gelar kebangsawanan
dan Tu Menanga Ri Balla Pangkana adalah gelar anumerta yang berarti
orang yang meninggal di rumah.
Informasi lain
menyebutkan, nama Paddaengang itu awalnya adalah nama kedua bagi
kelompok bangsawan saja. Nama ini diberikan segera setelah lahir.
Pemberian nama Paddaengang saat ini memang telah terjadi pergeseran
sehingga lazim kita mendengar seseorang yang tidak memiliki darah
kebangsawanan mendapat panggilan daeng.
Untuk membedakannya
mudah saja. Seseorang yang benar2 berdarah bangsawan akan kelihatan
dari namanya ketika dituliskan misalnya; Syamsuddin Daeng Bani atau
Jamaluddin Daeng Limpo. Jika anda mendengar kata daeng disematkan pada
nama depanna seperti Daeng Ucu (Yusuf) berarti dia bukan dari kalangan
bangsawan murni. Terdapat memang orang2 yg kemudian dipanggil daeng di
awal namanya. Tapi itu adalah penghargaan masyarakat yg datang kemudian
dikarenakan oleh kelebihan org tsb dalam hal kepintaran, kekayaan dan
keberanian.
0 komentar
Posting Komentar